BeritaViral

Duel Sengit Cholil Nafis Vs Dosen UIN: Ponpes Al Zaytun, Sesat atau Benar?

Pesantren ini dikenal karena gaya hidup modern yang diusungnya, termasuk teknologi canggih, pemandian air susu kuda, dan atraksi-acara yang spektakuler.

– Al Zaytun merupakan sebuah pesantren yang terletak di Kabupaten Cikarang, Jawa Barat, yang telah menarik perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir.

Pesantren ini dikenal karena gaya hidup modern yang diusungnya, termasuk teknologi canggih, pemandian air susu kuda, dan atraksi-acara yang spektakuler.

Namun, popularitas Al Zaytun juga diikuti oleh kontroversi dan perdebatan. Beberapa pihak menyatakan bahwa Al Zaytun adalah kelompok yang sesat dan menyimpang dari ajaran agama Islam.

Tuduhan ini menimbulkan perdebatan yang sengit di kalangan masyarakat, termasuk di antara para ulama dan tokoh agama.

Dilansir Dari , terdapat perdebatan antara Kyai Cholil Nafis dan seorang dosen dari UIN mengenai isu Al Zaytun yang dituduh sesat. Hal ini, terdapat beberapa pernyataan yang menjadi perdebatan antara kedua pihak.

BACA JUGA : Penolakan Panji Gumilang terhadap Keterlibatan MUI dalam Proses Tabayyun Al Zaytun

Kyai Cholil Nafis menyebut beberapa indikasi yang menurutnya dapat menjustifikasi Al Zaytun sebagai kelompok yang sesat.

Beberapa indikasi tersebut meliputi tata cara salat di Al Zaytun, klaim bahwa perempuan boleh menjadi khatib Jumat, dan tuduhan terhadap penggunaan metode istiqra yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

“Enggak mungkin kita di luar dalil itu maka permintaan kepada kita dan otoritas ya kalau bicara otoritas kepada kita yang kita akan sampai ke pada publik dan kepada pemerintah itu…jadi yang sudah kita mendapatkan informasi utuh dan kita sampaikan,” kata Cholil.

Sebagai respons terhadap pernyataan Kyai Cholil Nafis, seorang dosen dari UIN menyampaikan bahwa penentuan seseorang sebagai sesat hanya menjadi hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan bukan menjadi hak manusia.

Ia juga menegaskan bahwa mengatakan agama atau keyakinan seseorang ternoda merupakan tindakan yang tidak tepat.

“Saya orang pertama yang barangkali di Indonesia ini menyatakan prihatin dan karena itu tidak setuju ada kata-kata sesat dan noda agama atau penodaan agama… yang menentukan orang masuk neraka itu cuma satu pemilik neraka Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak ada satupun di antara kita yang hadir di sini di luar sana di Indonesia di dunia ini yang berhak menyatakan seorang manusia sesat nanti di akhirat…” kata Helmi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga turut merespons kontroversi ini. MUI menyatakan bahwa mereka belum mengeluarkan fatwa terkait Al Zaytun, dan menganggap tuduhan bahwa Al Zaytun adalah kelompok komunis sebagai berita bohong.

MUI juga mengundang pihak Al Zaytun untuk melakukan tabayyun (penjelasan) terkait klaim-klaim yang dituduhkan.

Kontroversi mengenai Al Zaytun ini masih terus berlanjut. Meskipun terdapat perbedaan pendapat antara Kyai Cholil Nafis dan dosen UIN, serta tanggapan MUI, perdebatan ini memperlihatkan perlunya tabayyun dan dialog yang lebih mendalam untuk mencari pemahaman yang lebih baik.

Pihak-pihak terkait diharapkan dapat melakukan komunikasi dan mencari pemecahan masalah yang konstruktif untuk menjaga keberagaman dan harmoni dalam masyarakat.

Related Posts

1 of 61