– Swedia sedang mengkaji pembakaran Alquran dan kitab suci lainnya sebagai perbuatan ilegal. Insiden pembakaran Alquran yang terjadi pada 28 Juni 2023 di Stockholm oleh seorang imigran asal Irak telah menimbulkan kemarahan di dunia Islam dan mendapat kecaman dari Paus Fransiskus.
Pemerintah Swedia menyadari bahwa aksi ini telah merusak keamanan negara dan sedang menganalisis situasi serta mempertimbangkan perubahan aturan terkait pembakaran Alquran.
Menteri Hukum Swedia, Gunnar Strommer, dalam wawancara dengan surat kabar Aftonbladet pada Kamis (6/7/2023), menyatakan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan apakah aturan saat ini sudah cukup efektif atau perlu diperbaharui. Keamanan Swedia menjadi perhatian utama, mengingat negara ini telah menjadi target serangan.
Pembakaran Alquran pada minggu sebelumnya telah memicu ancaman terhadap keamanan dalam negeri Swedia.
Pada awal tahun ini, polisi Swedia awalnya menolak pengajuan izin untuk aksi pembakaran Alquran dengan alasan keamanan.
Namun, pengadilan membatalkan keputusan polisi tersebut dan menyatakan bahwa aksi semacam itu dilindungi oleh undang-undang kebebasan berpendapat warga negara Swedia.
Dampak dari insiden pembakaran Alquran ini juga mempengaruhi upaya Swedia untuk menjadi anggota NATO. Presiden Turki menolak persetujuan keanggotaan Swedia di NATO hingga pembakaran Alquran dihentikan. Hal ini semakin mempersulit proses pengajuan keanggotaan Swedia di NATO.
BACA JUGA : Ancaman Kiamat dan Potensi Konflik Nuklir Menyelimuti Rusia
Reaksi negatif terhadap pembakaran Alquran juga terlihat dalam survei yang dilakukan oleh Kantar Public untuk lembaga penyiaran televisi nasional Swedia, SVT.
Survei tersebut mengungkapkan bahwa mayoritas orang Swedia mendukung larangan pembakaran kitab suci agama di depan publik, termasuk Alquran dan Bibel.
Jumlah responden yang menentang pembakaran kitab suci meningkat sebesar 11 persen dibandingkan survei sebelumnya pada bulan Februari.
Insiden pembakaran Alquran ini mendapat kecaman dari pemerintah di Asia dan Timur Tengah. Bahkan, perdana menteri Pakistan telah menyerukan aksi massa menentang pembakaran Alquran.
Paus Fransiskus juga menyatakan kemarahannya dan merasa terhina oleh peristiwa ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memperhatikan isu ini dan merencanakan pertemuan untuk membahasnya.
Kepala Opini di Kantar Public, Toivo Sjoren, mengungkapkan bahwa reaksi global terhadap insiden ini kemungkinan akan memengaruhi perubahan opini publik di Swedia.
Hal ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan implikasi internasional dan konsekuensi dari tindakan seperti pembakaran Alquran dalam membangun hubungan dengan negara lain.