Religion

Hikmah Dibalik ‘La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’aha’: Menghayati Makna Penuh Pesan Allah

QS Al-Baqarah ayat ke-286 menyampaikan pesan penting bahwa Allah tidak akan membebani seorang hamba melebihi kapasitas dan kemampuannya. Dalam ayat tersebut, Allah mengingatkan bahwa setiap individu akan mendapat pahala dari usaha kebaikannya dan mendapat siksa dari perbuatan buruknya.

Nongkingopi.com – QS Al-Baqarah ayat ke – 286 menyampaikan pesan penting bahwa Allah tidak akan membebani seorang hamba melebihi kapasitas dan kemampuannya. Dalam ayat tersebut, Allah mengingatkan bahwa setiap individu akan mendapat pahala dari usaha kebaikannya dan mendapat siksa dari perbuatan buruknya. Namun, Allah juga memberikan jaminan bahwa Dia tidak akan menghukum seseorang atas kesalahan yang disebabkan oleh kelupaan atau ketidaktahuan.

Baca Juga: Sejarah dan Signifikansi 1 Muharram dalam Islam

Ujian dan Pertolongan: Tuntunan Hidup dalam Kesulitan dan Keterbatasan

Ustaz Nuzul Dzikri menjelaskan bahwa ujian dan pertolongan selalu beriringan. Artinya, Allah tidak akan memberikan ujian yang tidak dapat diselesaikan oleh seorang hamba dengan pertolongan-Nya. Keyakinan ini membangun harapan dan kepercayaan pada Allah dalam menghadapi masalah dan cobaan hidup.

Sebagai manusia, kita harus mengandalkan Allah dan berusaha sebaik mungkin ketika dihadapkan pada berbagai ujian dan tantangan. Ketika menghadapi masalah yang tampak sulit, kita diingatkan untuk bertawakkal (bersandar penuh kepercayaan) kepada-Nya. Saat kita yakin akan pertolongan Allah, Dia akan memberikan bantuan dan solusi atas masalah yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan hadits qudsi yang menggambarkan bahwa keyakinan dan prasangka yang baik terhadap Allah akan menghadirkan kebaikan dalam hidup. Namun, jika kita berprasangka buruk dan pesimis, masalah akan semakin datang tanpa solusi.

Baca Juga: Niat Dan Tata Cara Mandi Wajib Dalam Islam

Tawakkal dan Sabar: Landasan Keimanan dalam Ayat Quddus

Dalam konteks ini, kesabaran adalah sikap yang penting untuk dijunjung tinggi. Kesabaran bukan hanya menerima situasi, tetapi juga melibatkan upaya dan keyakinan bahwa Allah akan memberikan pertolongan. Seorang Muslim harus tetap berusaha, berdoa, dan menjalani kehidupan dengan penuh harapan pada pertolongan Allah.

Ulama lain, seperti Ustaz Adi Hidayat, juga menekankan bahwa Allah memberikan beban sesuai dengan kemampuan hamba-Nya. Jika seseorang bertindak sesuai dengan kebaikan yang diwajibkan-Nya, dia akan mendapatkan pahala. Namun, jika menghindari kewajiban atau berbuat dosa, dia akan berhadapan dengan akibatnya.

Belajar dari Umat Nabi Musa: Memahami Makna ‘La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’aha’

Contoh dari masa Nabi Musa AS juga menegaskan pentingnya menghadapi ujian dengan keimanan dan keberanian. Umat Nabi Musa telah dibebaskan dari perbudakan Firaun dan diberikan perintah Allah untuk mengikuti-Nya. Namun, beberapa dari mereka enggan melaksanakan perintah-Nya karena kekhawatiran dan ketidakpercayaan pada pertolongan Allah.

Mengenang dan mengamalkan kalimat “La Yukallifullahu Nafsan Illa Wus’aha” saat menghadapi masalah adalah bentuk pengingat bahwa Allah tidak akan meninggalkan hambanya yang mengharapkan pertolongan-Nya. Kepercayaan ini harus diiringi dengan usaha dan kesabaran dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang diberikan-Nya.

QS Al-Baqarah ayat ke – 286


لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ‌ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡ‌ؕ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ اِنۡ نَّسِيۡنَاۤ اَوۡ اَخۡطَاۡنَا ‌ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَاۤ اِصۡرًا كَمَا حَمَلۡتَهٗ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا ‌‌ۚرَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ‌ ۚ وَاعۡفُ عَنَّا وَاغۡفِرۡ لَنَا وَارۡحَمۡنَا ۚ اَنۡتَ مَوۡلٰٮنَا فَانۡصُرۡنَا عَلَى الۡقَوۡمِ الۡكٰفِرِيۡنَ

Latin: Lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn.

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”.

Baca Juga: Niat Puasa Ganti Ramadhan di Bulan Rajab dan Hukumnya

"Hanya manusia biasa yang mencoba menjalani hidup sebaik mungkin. Kami mungkin tidak sempurna, kadang-kadang membuat kesalahan, dan memiliki keterbatasan kami sendiri. Namun, kami juga memiliki potensi untuk tumbuh, belajar, dan berkembang dari…

Related Posts

1 of 2