– Pada beberapa bulan terakhir, produsen daging unggas di Amerika Serikat telah menghadapi kerugian ekonomi yang signifikan akibat flu burung.
Meskipun saat ini belum ada laporan infeksi baru, Cina dan beberapa negara importir tetap mempertahankan larangan atau embargo dagang terhadap produk unggas AS.
Langkah ini diambil tahun lalu untuk mencegah penyebaran penyakit, namun berakibat pada pendapatan produsen yang gagal mencapai 6 miliar dolar AS dari pasar ekspor daging.
Para produsen daging unggas juga menghadapi sejumlah faktor yang memperburuk situasi. Salah satunya adalah kurangnya tenaga kerja yang tersedia, menyebabkan efisiensi produksi menurun.
Selain itu, harga ayam yang rendah juga mempengaruhi pendapatan perusahaan. Selama masa embargo, harga daging unggas AS di pasar internasional tetap tidak menentu, mempengaruhi keseimbangan keuangan produsen.
Pasar Cina menjadi sangat penting bagi perusahaan-perusahaan daging unggas AS seperti Pilgrim’s Pride. Cina menjadi tujuan utama untuk produk-produk seperti kaki ayam atau ceker, yang di Amerika Serikat umumnya tidak dikonsumsi.
Sehingga, larangan dagang dari Cina, Afrika Selatan, dan Republik Dominika terhadap produk daging unggas dari 37 negara yang sebelumnya melaporkan infeksi flu burung berdampak signifikan pada produsen AS.
BACA JUGA : Misteri Kematian Bripda IDF: Awalnya Diinformasikan Sakit Parah, Ternyata Ditembak Sesama Rekan Polisi
Beberapa perusahaan besar dalam industri daging unggas AS, seperti Perdue Farms, Tyson Foods, dan Pilgrim’s Pride, telah berusaha untuk membuka kembali pasar Cina.
Namun, beberapa negara masih belum menjalankan pola bisnis normal dengan AS, menimbulkan tantangan dalam mengatasi larangan dagang ini.
Pemerintah AS, melalui Departemen Pertanian AS (USDA) dan US Trade Representative’s (USTR), telah berupaya meyakinkan negara-negara mitra termasuk Cina untuk mengakhiri pembatasan dagang ke 14 negara bagian, termasuk produsen utama seperti North Carolina dan Arkansas.
Meskipun laporan telah disampaikan, Cina menunda kembali mengimpor daging unggas dari AS, dengan kekhawatiran adanya alasan politik dalam keputusannya.
Wabah flu burung juga telah mengganggu perdagangan daging unggas secara global. Contohnya, Jepang menangguhkan pembelian daging unggas dari dua negara bagian di Brasil, yang merupakan pengekspor ayam terbesar.
Amerika Serikat sendiri mengalami wabah flu burung pada tahun lalu, menyebabkan kematian jutaan ekor ayam dan unggas lainnya.
Kerugian ekonomi dari potensi ekspor akibat wabah flu burung diperkirakan mencapai 895 juta dolar AS. Angka ini melebihi kerugian akibat wabah flu burung sebelumnya pada tahun 2015, yang mencapai 1,3 miliar dolar AS.