– Bakal calon presiden (bacapres) Ganjar Pranowo tampil di iklan adzan Maghrib yang ditayangkan di televisi swasta, memicu sorotan publik.
Kemunculan politisi dari PDI Perjuangan ini dalam tayangan adzan magrib di stasiun televisi swasta mengundang reaksi keras dari sejumlah pihak, termasuk politisi Ade Armando.
Ade Armando mengecam aksi Ganjar Pranowo. Dia juga mengkritik Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang seharusnya memiliki aturan yang melarang kampanye politik dalam tayangan adzan di televisi.
“Apakah kampanye politik harus sampai sejauh ini? KPI memiliki peraturan yang melarang penyebaran iklan di tengah-tengah acara azan televisi,” ujar Ade Armando dalam tweet di akun Twitter pribadinya @adearmando61 pada Sabtu (9/9/2023).”
Ade Armando menyatakan bahwa iklan politik tidak seharusnya diizinkan dalam tayangan adzan. Hal ini disampaikannya karena pemilik televisi swasta tersebut merupakan pendukung Ganjar Pranowo.
“Apakah kampanye politik harus mencapai tingkat seperti ini? KPI mempunyai aturan yang menghindari penayangan iklan di tengah-tengah siaran azan televisi,” tulis Ade Armando dalam cuitan yang dia unggah pada Sabtu (9/9/2023) di akun Twitter pribadinya, @adearmando61.”
Dia mengecam serendah-rendahnya cara kampanye politik yang memanfaatkan tayangan adzan. Ade Armando juga menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap politik identitas yang diduga terkait dengan kemunculan Ganjar Pranowo dalam iklan tersebut.
Sorotan terhadap kontroversi ini juga merambat ke media sosial, di mana banyak netizen mengkritik kemunculan Ganjar Pranowo dalam tayangan adzan magrib, menyebutnya sebagai politik identitas yang bertentangan dengan janji sebelumnya untuk tidak bermain dengan politik identitas.
BACA JUGA : Viral Kawin Tangkap di Sumba, Wanita Histeris saat Diculik
Munculnya Ganjar Pranowo dalam tayangan adzan magrib di televisi dimulai sejak 5 September 2023. Tayangan tersebut ditayangkan di dua stasiun televisi swasta. Sejumlah netizen menyuarakan pertanyaan apakah kemunculan ini bertujuan memainkan politik identitas.
Dalam tayangan adzan magrib tersebut, Ganjar Pranowo terlihat mengenakan baju koko warna putih, peci hitam, dan sarung batik. Dia menyambut jemaah yang akan shalat, melakukan wudhu, dan duduk sebagai makmum di shaf depan.
PDIP dan MUI merespons kontroversi ini dengan menganggap bahwa kemunculan Ganjar dalam tayangan adzan magrib tidak melibatkan politik identitas.
Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, menyatakan bahwa Ganjar adalah sosok yang religius. Penampilan spiritualitasnya mencerminkan ketakwaan kepada Tuhan.
Anwar Abbas, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), juga tidak mempermasalahkan kehadiran Ganjar dalam tayangan adzan magrib di televisi. Baginya, yang penting Ganjar tetap menjalankan ibadah shalat sebagai seorang Muslim.
“Tidak ada masalah. Itu adalah hal yang sah-sah saja. Hanya jika orang tersebut adalah seorang Muslim dan mengabaikan kewajiban salat, itulah ketika permasalahannya muncul,” ujarnya, sesuai dengan kutipan dari sumber di Youtube Tribun Pontianak.
Anwar mengungkapkan bahwa jika ada calon presiden lain yang ingin menjalankan langkah yang serupa, mereka diberi izin untuk melakukannya.
“Apabila calon presiden lain juga menginginkan untuk melakukan tindakan yang mirip, mereka boleh melakukannya,” ucapnya.
Kontroversi ini menyoroti isu seputar politik identitas dan penggunaan agama dalam kampanye politik, yang masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Meskipun Ganjar Pranowo dan pendukungnya mengklaim bahwa ini adalah cara positif untuk mengajak masyarakat menjalankan ibadah, pendapat terbagi mengenai apakah tampilan spiritualitas seharusnya dicampurkan dengan politik atau tidak.