AkademiGeografiHealthLife Style

Ilmuwan Temukan Kandungan Logam Mematikan dalam Abu Kebakaran Hutan yang Menyebabkan Kanker!

Menurut National Institute of Environmental Health Sciences, paparan tingkat tinggi kromium heksavalen dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, khususnya pada pekerja industri manufaktur.

– Abu kebakaran hutan, selain meninggalkan kerusakan ekologi, juga menyimpan ancaman tidak terlihat bagi kesehatan manusia. Penelitian terbaru dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa kebakaran hutan California mengandung zat karsinogenik yang dapat menyebabkan ancaman serius terhadap kesehatan manusia.

Pada 12 Desember 2023, profesor Scott Fendorf dari Doerr School of Sustainability di Universitas Stanford menerbitkan studi dalam jurnal Nature Communication yang mengidentifikasi tingkat berbahaya kromium heksavalen (kromium 6) dalam sampel abu yang diambil dari kebakaran Kincade dan Hennessey pada tahun 2019 dan 2020.

BACA JUGA : Pengguna TikTok Terkejut Saat Jam Ponselnya Mundur 2 Jam di Papua Barat, Fenomena Unik Zona Waktu WIT Berubah Menjadi WIB!

Menurut National Institute of Environmental Health Sciences, paparan tingkat tinggi kromium heksavalen dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, khususnya pada pekerja industri manufaktur.

“Sekarang ini benar-benar mengubah perhitungan saya. Saat kita mulai mendapat peringatan kebakaran hutan atau peringatan asap, saya akan memakai masker N95,” kata Fendorf.

Kromium heksavalen merupakan zat karsinogenik, yaitu zat atau senyawa yang dapat menyebabkan kanker pada manusia atau hewan.

Bahaya yang Mengancam Kesehatan

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa daerah yang terdampak konsentrasi kromium 6 mencapai tujuh kali lipat dibandingkan lahan yang tidak terbakar.

Meskipun zat tersebut ditemukan dalam sampel abu kebakaran, para peneliti meyakini bahwa kromium 6 juga ada dalam asap tersebut. Zat tersebut tidak hanya terbatas pada abu, tetapi kemungkinan juga terkandung dalam asap langsung dari kebakaran hutan.

Fendorf menyatakan bahwa tim peneliti berencana untuk mengumpulkan sampel asap kebakaran hutan di masa depan untuk menguji hipotesis tersebut. Temuan ini menjadi sangat mengkhawatirkan karena kebakaran hutan semakin sering terjadi akibat perubahan iklim global.

Masyarakat di daerah rawan kebakaran menghadapi risiko langsung dari api. Mereka juga dapat terpapar asap yang menyebar ratusan hingga ribuan mil jauhnya. Fendorf mencatat bahwa masyarakat yang jauh dari lokasi kebakaran juga dapat terdampak. Contohnya, saat asap kebakaran hutan Kanada menyebabkan penurunan kualitas udara di seluruh Amerika.

Logam Alami yang Berubah Menjadi Racun

Fendrorf menjelaskan bahwa kromium, sebagai kandungan logam alami, dapat ditemukan di lingkungan, seperti dalam batuan serpentinit. Namun, dalam kasus kebakaran hutan, panas yang tinggi tampaknya mengubah kromium menjadi bentuk heksavalennya, yang sangat beracun.

“Api mengubah logam yang tidak berbahaya menjadi bentuk logam yang sangat beracun,” ujar Fendrorf. Cuaca pasca-kebakaran yang relatif kering berkontribusi pada tingginya kandungan kromium heksavalen di lapisan permukaan tanah. Efek ini dapat bertahan hingga sepuluh bulan setelah kebakaran terjadi.

Kromium heksavalen dikenal sebagai “bahan kimia Erin Brockovich,” yang diambil dari advokat pejuang hukum di California yang terkena dampak senyawa tersebut dan diabadikan dalam film terkenal.

BACA JUGA : Gurun Sahara Ternyata Berubah Jadi Daratan Hijau Setiap 21.000 Tahun!

Temuan penelitian ini membuka pintu penyelidikan lebih lanjut mengenai kemungkinan risiko paparan logam beracun lainnya dari dampak kebakaran hutan. Lokasi pengujian abu di berbagai wilayah California menjadi landasan yang kuat bagi para peneliti. Mereka yakin bahwa hasil penelitian ini dapat diterapkan di banyak wilayah di seluruh dunia.

“Temuan kami memberikan wawasan baru mengapa paparan asap kebakaran hutan tampaknya lebih berbahaya bagi manusia dibandingkan polusi dari sumber lain,” tulis peneliti.

Dengan perubahan iklim yang memperparah kebakaran hutan, penelitian ini menjadi penting untuk memahami dan mengatasi risiko kesehatan yang terkait dengan kebakaran hutan di seluruh dunia.

BACA JUGA :

Sumber: detikedu

Related Posts

1 of 38