NongkiNgopi.com – Seruan boikot terhadap FamilyMart mencuat di Jepang setelah terungkapnya keterlibatan pemegang saham terbesarnya, Itochu Corp, dalam kerja sama militer dengan Israel. Skandal ini mengguncang masyarakat Jepang, memicu demonstrasi dan gelombang protes di media sosial.
Warga Jepang mengecam perjanjian antara Itochu Aviation dan perusahaan Israel, Elbit, terkait produksi komponen untuk industri pertahanan. Demonstran menuntut pemutusan kontrak pertukaran teknologi militer dengan Israel, mengacu pada langkah Puma yang mengakhiri sponsor tim sepak bola Israel sebagai hasil dari tekanan protes.
Seruan boikot juga mendapat dukungan dari warganet Indonesia dan Malaysia, yang berbagi foto demonstrasi di depan kantor pusat Itochu Aviation di Tokyo. Profil usaha FamilyMart, yang 50,1 persen sahamnya dikuasai oleh Itochu, menjadi sorotan dalam kampanye boikot.
Dalam demonstrasi bertajuk “Air Mata untuk Gaza,” para pengunjuk rasa membentangkan spanduk melambangkan air mata darah sebagai simbol pemboman tentara Israel terhadap warga sipil Palestina dan pejuang Hamas. Nama-nama warga Palestina yang kehilangan nyawa dalam konflik tersebut juga dibacakan sebagai bentuk protes.
Perusahaan Elbit, yang berkolaborasi dengan Itochu, dianggap sebagai kontributor utama tentara Israel. Perjanjian komersial antara Elbit dan Itochu dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Jepang serta piagam berkelanjutan Grup Itochu.
Itochu, bersama dengan grup perusahaannya, memiliki 50,1 persen saham FamilyMart. Rencana untuk mengambil kepemilikan penuh atas waralaba ini senilai sekitar 580 miliar yen atau 5,4 miliar dolar AS telah diumumkan. Meskipun FamilyMart memiliki 16.613 toko di Jepang dan melayani lebih dari 10 juta pelanggan setiap harinya, perusahaan ini mengalami penurunan laba akibat pandemi COVID-19 dan tertinggal dari pesaing utamanya, Seven-Eleven dan Lawson.
Presiden FamilyMart, Takashi Sawada, mengakui perlunya meningkatkan layanan dengan bekerja lebih dekat dengan Itochu untuk mengatasi tantangan yang dihadapi perusahaan selama pandemi. Namun, dengan seruan boikot yang semakin menguat, FamilyMart harus menghadapi dampak serius terhadap reputasinya di mata masyarakat Jepang.
BACA JUGA: