Nongki Ngopi – Perolehan suara partai yang dikomandani putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, atau lebih dikenal dengan nama PSI (), mencatat lonjakan yang signifikan dalam rekapitulasi suara Pemilu 2024. Data menunjukkan peningkatan yang cukup drastis dalam jumlah suara yang berhasil diperoleh PSI dalam waktu singkat.
Pada Jumat (1/3) pukul 06.00 WIB, berdasarkan 65,34 persen data yang masuk ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), PSI mencatatkan 2.291.882 suara atau 3 persen. Namun, hanya dalam 30 jam berikutnya, suara PSI melonjak tajam menjadi 2.395.363 atau 3,12 persen pada hari berikutnya pukul 11.00 WIB, dengan penambahan sebanyak 103.481 suara.
Dalam keterangan tertulisnya, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, menanggapi spekulasi seputar lonjakan suara tersebut dengan mengatakan, “Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publikā¦ Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut.”
Grace Natalie juga menambahkan bahwa masih terdapat lebih dari 70 juta suara yang belum dihitung, dengan sebagian besar berada di basis pendukung Joko Widodo, di mana PSI memiliki potensi dukungan yang kuat.
Namun, lonjakan suara PSI tersebut mendapat protes dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP, Muchammad Romahurmuziy, mengungkapkan kecurigaannya terhadap fenomena tersebut. Ia bahkan menyebut adanya dugaan operasi ‘sayang anak’ di balik lonjakan suara PSI.
BACA JUGA : Terungkap! Ini Sosok Erlin Suastini, Perempuan yang Bebas Hampiri Jokowi
Menurut Romahurmuziy, lonjakan suara PSI tak wajar dan membandingkannya dengan penurunan suara yang dialami oleh PPP. Ia mendesak KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) untuk mengusut kejanggalan ini, bahkan mengancam akan membawa persoalan ini ke dalam penggunaan hak angket.
Sementara itu, Komisioner KPU, Idham Holik, menegaskan bahwa perolehan suara peserta pemilu yang disahkan oleh KPU didasarkan pada rekapitulasi resmi. Idham menegaskan bahwa rekapitulasi saat ini masih berada di tingkat kabupaten/kota dan akan dilanjutkan hingga tingkat provinsi, sebelum mencapai rekapitulasi nasional di Kantor KPU RI.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi, menyebut lonjakan suara PSI sebagai ‘ledakan’. Menurutnya, fenomena ini berbeda dengan perubahan suara yang lebih halus pada partai lain dalam Pemilu 2024.
“PKB naik turun suaranya smooth sejak awal. Demikian juga dengan partai-partai lain. Sementara perolehan suara PSI ‘meledak’ hanya dalam beberapa hari terakhir saja. Biasanya kalau data masuk di Sirekap sudah besar dan proporsional, suara partai-partai tidak akan sedinamis ini,” tulis Burhanuddin dalam perbincangan di media sosial X.
Burhanuddin berencana untuk melakukan pengecekan terhadap anomali tersebut dan membandingkannya dengan formulir C1 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang menjadi sampel quick count lembaga survei.
Meskipun demikian, Burhanuddin mengimbau untuk lebih baik menunggu perhitungan manual KPU yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat daerah hingga pusat agar lebih adil dan akurat.
Sumber: CNN