Nongi Ngopi – Penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard () telah menjadi solusi yang populer untuk melakukan pembayaran dari berbagai sumber dana, seperti rekening bank, e-wallet, atau kartu debit.
QRIS memungkinkan transaksi yang mudah dan fleksibel, dapat digunakan di berbagai merchant dan toko yang telah bekerja sama dengan QRIS.
Salah satu keunggulan utama dari QRIS adalah biaya transaksi yang relatif rendah, membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi konsumen dan pedagang.
Namun, belakangan ini, sebuah cuitan dari akun Twitter menunjukkan bahwa ada beberapa outlet, termasuk restoran, yang menolak pembayaran melalui QRIS dari beberapa bank tertentu.
Dalam cuitannya, @BanyuSadewa mengungkapkan keheranannya atas keputusan beberapa outlet Mie Gacoan yang menolak QRIS dari BCA, BSI, Bank Permata, dan Blu by BCA. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan di kalangan netizen tentang alasan di balik penolakan tersebut.
BACA JUGA : Viral! Video Gerald Vincent Ungkap Kandungan Bromat di Air Kemasan! Begini Kata Le Minerale
Beberapa netizen yang menjawab cuitan tersebut menyoroti masalah yang terkait dengan proses masuknya uang setelah transaksi QRIS yang terkadang memakan waktu yang lama.
Sebagai contoh, transaksi menggunakan QRIS dari Bank BCA seringkali mengalami keterlambatan dalam penyelesaian, bahkan bisa memakan waktu hingga satu hari. Hal ini tentu menjadi kendala bagi para pedagang yang mengandalkan aliran kas yang cepat dan efisien.
Salah satu masalah utama yang disoroti adalah keterlambatan dalam penyelesaian transaksi yang mengakibatkan dana tidak masuk secara real-time ke rekening pedagang.
Beberapa netizen mengungkapkan pengalaman mereka di mana saldo pelanggan telah terpotong, namun pembayaran belum tercatat di rekening pedagang.
Fenomena ini menjadi sumber ketidaknyamanan baik bagi pedagang maupun konsumen, karena membutuhkan waktu dan upaya tambahan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Selain itu, biaya transaksi QRIS yang ditentukan oleh Merchant Discount Rate (MDR) juga menjadi perhatian. MDR QRIS ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dan sistem pembayaran nasional, dan bervariasi tergantung pada jenis transaksi, jenis merchant, dan sumber dana.
Meskipun biaya transaksi QRIS relatif rendah, namun terdapat ketidakpastian terkait dengan proses penyelesaian transaksi yang dapat mengganggu kinerja keuangan pedagang.
BACA JUGA : Infinix GT Ultra Meluncur, Bakal Jadi Ponsel Gaming Terbaik Tahun Ini?
Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu adanya upaya bersama antara penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), bank, dan pedagang untuk meningkatkan efisiensi dan keandalan sistem pembayaran digital, termasuk QRIS.
Perbaikan dalam infrastruktur teknologi dan proses penyelesaian transaksi dapat membantu mengurangi waktu penyelesaian dan memastikan aliran kas yang lancar bagi pedagang.
Selain itu, edukasi kepada pedagang mengenai manfaat dan cara optimal menggunakan QRIS juga penting untuk meningkatkan adopsi dan pemanfaatan QRIS di berbagai sektor bisnis.
Dengan demikian, meskipun QRIS menawarkan berbagai keunggulan dalam melakukan pembayaran digital, namun tantangan terkait dengan keterlambatan penyelesaian transaksi dan biaya transaksi masih perlu diatasi agar QRIS dapat menjadi solusi pembayaran yang lebih efisien dan dapat diandalkan bagi pedagang dan konsumen.