Nongki Ngopi – Sekretaris Jenderal PBB, , telah menyatakan kekagetan dan kemarahan atas kelanjutan konflik di Gaza, Palestina, meskipun bulan suci Ramadan telah dimulai. Guterres menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di wilayah Gaza.
Dilansir oleh kantor berita AFP pada Senin (12/3/2024), Guterres mengeluarkan pernyataannya setelah upaya untuk merundingkan gencatan senjata mengalami kegagalan. Ia menekankan perlunya “membungkam senjata” di Gaza dan memperingatkan akan munculnya “kelaparan dan kekurangan gizi”.
“Ini sangat memilukan dan sama sekali tidak dapat diterima,” ujar Guterres kepada wartawan, mengekspresikan kekecewaannya.
“Saya terkejut dan marah karena konflik terus berlanjut di Gaza selama bulan suci ini,” tambahnya, sambil menegaskan bahwa semua hambatan dalam pengiriman bantuan harus diatasi.
PBB menyatakan bahwa kurangnya bantuan kemanusiaan meningkatkan risiko kelaparan di Gaza, di mana 2,4 juta orang tinggal di bawah pengepungan total oleh militer Israel dalam perjuangan melawan militan hamas.
BACA JUGA : Klarifikasi Turis Malaysia, Penyesalan atas Rating 0 untuk Jakarta dan Permintaan Maaf
Perang ini dimulai setelah serangan Gaza terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober. Dalam balasan, Israel melancarkan tindakan yang telah menyebabkan kematian 31.112 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Presiden AS, Joe Biden, telah mengajukan seruan untuk gencatan senjata sementara menjelang Ramadan, tetapi seruan tersebut tidak dijawab saat umat Islam di Gaza memulai perayaan bulan suci tersebut pada hari Senin.
Guterres menegaskan, “Mata sejarah sedang mengawasi.”
“Kita tidak bisa mengabaikannya. Kita harus bertindak untuk mencegah lebih banyak kematian yang dapat dicegah,” tegas Guterres.
“I’ve seen murders and the destruction of civilians from month to month at a level unprecedented during my tenure as Secretary-General,” katanya.
Namun, bantuan yang diterima masih dalam jumlah yang kecil, bahkan jika ada. Hukum humaniter internasional telah digambarkan sebagai ‘compang-camping’.
Sumber: detik