Nongki Ngopi – Dalam kejadian yang mengejutkan, Israel secara tiba-tiba membatalkan kunjungan yang direncanakan oleh delegasi tingkat tinggi ke Amerika Serikat.
Keputusan ini terungkap setelah memutuskan untuk abstain dari pemungutan suara terkait resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berkaitan dengan Gaza.
Gedung Putih menyatakan kebingungan dan kekecewaan atas pembatalan mendadak tersebut. Pertemuan yang awalnya direncanakan untuk membahas keprihatinan Washington tentang kemungkinan serangan darat di Rafah, selatan Gaza, dibatalkan oleh kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu setelah AS memilih untuk abstain tanpa menggunakan hak veto pada resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB yang menuntut “gencatan senjata segera” di Gaza.
Netanyahu menyebut ketidakmampuan AS untuk menggunakan hak veto pada resolusi tersebut sebagai “penarikan diri yang jelas dari posisi konsisten AS” dan memperingatkan bahwa hal tersebut akan merugikan upaya perang Israel serta upaya untuk membebaskan lebih dari 130 sandera yang masih ditahan oleh Hamas.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, menyatakan kepada wartawan, “Kami agak bingung” atas pembatalan tersebut.
Dia menambahkan, “Tampaknya kantor perdana menteri (Israel) memilih untuk menciptakan persepsi perbedaan pandangan di sini tanpa alasan yang jelas.”
Kirby juga menyatakan “kekecewaan mendalam” AS atas pembatalan kunjungan delegasi Israel. Dia menekankan bahwa abstain AS di Dewan Keamanan PBB “tidak mencerminkan perubahan” dalam kebijakan AS.
BACA JUGA : Viral Berkas Gugatan Ganjar-Mahfud ke MK, Suara Prabowo-Gibran Harusnya Nol
“Kami konsisten dalam mendukung gencatan senjata sebagai bagian dari perjanjian pembebasan sandera,” tegas Kirby, merujuk pada upaya pembebasan sekitar 130 individu yang diyakini masih ditahan oleh Hamas di Gaza setelah ditangkap dalam serangan mendadak pada 7 Oktober tahun lalu.
Serangan dari Hamas dilaporkan telah menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, dengan lebih dari 250 orang lainnya ditawan di Gaza, dan lebih dari 100 sandera dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata singkat pada November tahun lalu.
Sementara itu, setidaknya 32.333 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas dalam serangkaian serangan Israel di Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas.
Dengan kerusakan dan korban jiwa yang meluas, Israel bersumpah akan melanjutkan serangannya hingga Hamas hancur dan sandera di Gaza dibebaskan.
Namun, tekad Israel untuk memperluas operasi daratnya ke Rafah, selatan Gaza, telah menimbulkan ketegangan dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden, yang melihat rencana tersebut sebagai kesalahan.
Rafah juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel.
BACA JUGA : Bayi 16 Bulan Meninggal Kelaparan Ditinggal Sang Ibu Liburan 10 Hari
Meskipun AS terus memberikan dukungan militer dan diplomatik kepada Israel, kefrustrasian terhadap Netanyahu semakin meningkat, terutama mengenai jumlah korban sipil yang tinggi di Gaza.
Meskipun demikian, rencana terpisah untuk kunjungan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant ke AS tetap berlangsung. Kirby mengumumkan bahwa Gallant akan bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Selasa (26/3) dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin pada Rabu (27/3).
Juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, mengatakan kepada wartawan setempat bahwa Austin “masih berencana untuk bertemu dengan Menteri Gallant.”
Menurut Ryder, pembicaraan Austin dan Gallant akan mencakup “upaya untuk menjamin pembebasan semua sandera yang ditahan oleh Hamas” dan perlunya bantuan kemanusiaan lebih lanjut untuk mencapai warga sipil Palestina.”
Mereka juga akan membahas “rencana untuk menjamin keselamatan lebih dari satu juta orang yang berlindung di Rafah, sambil memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” tambah Ryder.
Sumber: detik