BeritaViral

Fakta-fakta Jemaah Aolia Gunungkidul yang Merayakan Lebaran Lebih Dahulu Dari Pemerintah

Dipimpin oleh tokoh spiritual mereka, Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo, yang akrab disapa Mbah Benu, jemaah Aolia mengikuti keputusan yang diambil dengan keyakinan kuat.

– Di tengah antusiasme dan keceriaan menyambut Hari Raya Idul Fitri, Jumat (5/4/2024), terdapat sebuah fenomena unik yang terjadi di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Sebuah jemaah yang dikenal sebagai Jemaah Aolia telah melaksanakan Salat Idul Fitri dengan penuh kekhusyukan, meskipun jadwal resmi penetapan 1 Syawal 1445 H masih menunggu sidang Isbat yang akan digelar oleh Kementerian Agama pada Selasa, 9 April 2024.

BACA JUGA : Infinix Siap Meluncurkan Ponsel Lipat Pertamanya: Infinix Zero Flip

Dipimpin oleh tokoh spiritual mereka, Raden Ibnu Hajar Sholeh Pranowo, yang akrab disapa Mbah Benu, jemaah Aolia mengikuti keputusan yang diambil dengan keyakinan kuat. Berdasarkan keputusan Mbah Benu yang dipercaya memiliki kemampuan Laduni, jemaah Aolia merayakan Idul Fitri lebih awal dibandingkan dengan umat Muslim lainnya.

Berikut adalah beberapa fakta menarik terkait Jemaah Aolia Gunungkidul yang merayakan Lebaran pada hari ini:

1. Percaya Keputusan Mbah Benu

Menurut Daud, menantu Mbah Benu, jemaah Aolia mempercayai sepenuhnya keputusan yang diambil oleh Mbah Benu. Mereka yakin bahwa Mbah Benu memiliki pemahaman yang mendalam, bahkan dipercaya memiliki kemampuan Laduni. Sehingga, keputusan untuk merayakan Idul Fitri lebih awal adalah suatu keputusan yang diyakini sebagai yang terbaik.

2. Tradisi yang Khas

Meskipun hari ini adalah hari Idul Fitri, jemaah Aolia tidak menggelar tradisi takbiran atau halal bihalal. Mereka fokus pada pelaksanaan Salat Idul Fitri dan mempersiapkan diri untuk salat Jumat, menunjukkan kesederhanaan dan ketekunan dalam ibadah mereka.

3. Pengamanan oleh TNI dan Banser

Pelaksanaan Salat Idul Fitri jemaah Aolia diawasi dengan ketat oleh petugas TNI/Polri dan anggota Banser. Mereka bertugas menjaga keamanan serta mengatur kelancaran pelaksanaan salat, menunjukkan dukungan dan penghormatan terhadap kegiatan keagamaan tersebut.

4. Sejarah yang Panjang

Jemaah Masjid Aolia bukanlah sebuah organisasi, melainkan sebuah komunitas yang telah berdiri sejak tahun 1983. Mereka menganut aliran Ahlu Sunah wal Jamaah dan memiliki jejak sejarah yang kaya dalam pengamalan agama Islam.

5. Pemimpin yang Karismatik

Mbah Benu, sebagai pemimpin spiritual jemaah Aolia, dikenal sebagai seorang Mursyid atau guru yang memiliki pengaruh besar dalam komunitas mereka. Keilmuannya dipercaya turun secara Laduni, menunjukkan kedalaman spiritualitas dan pengalaman mistisnya.

6. Pengaruh Luas

Jemaah Aolia tidak hanya terbatas di Gunungkidul, namun juga tersebar luas di berbagai daerah terutama Jawa Tengah dan DIY. Hal ini menunjukkan bahwa ajaran dan pemimpin mereka memiliki pengaruh yang signifikan dalam masyarakat Muslim di wilayah tersebut.

Dengan keunikan tradisi dan keyakinan yang mereka anut, Jemaah Aolia Gunungkidul memberikan kontribusi berarti dalam keragaman budaya dan keagamaan di Indonesia. Meskipun mungkin berbeda dari yang umum, namun keberagaman inilah yang menjadi salah satu kekayaan spiritual bangsa.

Related Posts

1 of 63