Siswa SMP Bakar Sekolah
– Seorang siswa sekolah menengah pertama (SMP) berinisial RS dari Temanggung, Jawa Tengah, diamankan oleh polisi setelah membakar gedung sekolahnya.
Siswa berusia 14 tahun ini mengaku bahwa tindakan tersebut dilakukan karena ia sering diejek dan dikeroyok oleh teman-temannya di sekolah.
Dalam wawancara dengan pihak berwenang, RS mengungkapkan bahwa ia sering menjadi korban bullying oleh teman-teman sekolahnya.
BACA JUGA : FYP di TikTok, Instagram Reels, dan Lainnya: Memahami Perbedaan dan Peluangnya
Ia dipanggil dengan sebutan nama orang tuanya dan bahkan pernah mengalami kekerasan fisik dalam bentuk pemukulan oleh sekelompok teman.
Selain itu, RS juga merasa guru-gurunya tidak menghargai karyanya, dan ia pernah mengalami karyanya yang dirobek oleh salah satu guru tanpa alasan yang jelas.
Meskipun melakukan tindakan yang melanggar hukum, RS tidak ditahan oleh pihak kepolisian. Hal ini dikarenakan usianya yang masih di bawah 14 tahun dan statusnya sebagai anak.
Menurut sistem peradilan anak di Indonesia, seseorang di bawah usia 14 tahun tidak dapat ditahan seperti orang dewasa, dan ancaman hukuman yang diberikan juga berbeda.
BACA JUGA : Milenial Jepang Pasrah di Tengah Kesuraman Ekonomi Negara
Dari keterangan polisi dan guru-gurunya, RS digambarkan memiliki kepribadian yang agak aneh dan selalu mencari perhatian.
Ia ingin selalu diperhatikan dan dianggap nomor satu di sekolahnya. Ketika tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan, ia bisa melakukan perilaku negatif dan bahkan membolos sekolah.
Salah satu puncak perasaan frustrasinya adalah ketika ia tidak terpilih menjadi bagian dari organisasi sekolah dan mendapatkan penilaian yang kurang baik atas karyanya.
Polisi akan menggandeng psikolog untuk memeriksa kejiwaan RS dan mencari tahu lebih dalam mengenai latar belakang dan motifnya.
Selain itu, mereka juga akan menyelidiki klaim RS tentang sosok teman yang disebut-sebut mengajarinya untuk membakar sekolah.
BACA JUGA : Hari-Hari Penting di Indonesia: Mengenang Peristiwa Bersejarah dan Merayakan Budaya
Klaim ini membingungkan karena orang yang disebut RS tidak dapat diidentifikasi dan alamatnya tidak ada.
Dengan dukungan dari psikolog, polisi berharap dapat lebih memahami kondisi mental RS dan memahami lebih lanjut apa yang mendorongnya untuk melakukan tindakan membakar sekolah.
Kebakaran yang dilakukan oleh RS menyebabkan kerusakan pada dua ruang kelas dan satu ruang penyimpanan di sekolah tersebut.
Dampak dari tindakan ini tidak hanya dirasakan oleh sekolah, tetapi juga oleh lingkungan sekitar. Kejadian ini mengundang perhatian dan keprihatinan dari masyarakat dan otoritas terkait.