– Pada tanggal 25 Agustus 2023, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief, mengungkapkan sebuah pesan tertulis yang dikirimkan oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, kepada Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Isi surat tersebut meminta kesediaan AHY untuk menjadi pasangan Anies dalam kontestasi Pilpres 2024.
Surat tangan Anies Baswedan ini kemudian diunggah oleh Andi Arief di akun Twitternya, menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat netizen. Dalam surat tersebut, Anies Baswedan menulis:
“Mas AHY Yth
Semoga dlm keadaan sehat, tetap produktif dan selalu dlm keberkahannya.
Melalui pesan singkat ini, kami bermaksud menyampaikan harapan, agar Mas AHY berkenan untuk menjadi pasangan dalam mengikuti Pilpres 2024.
Teriring salam hormat,
[tanda tangan Anies Baswedan].”
Reaksi Andi Arief terhadap pesan tersebut terbilang keras, ketika ia menyebut Anies Baswedan sebagai “pemburu darah dingin” dan “pengecut” dalam cuitannya di akun Twitternya.
BACA JUGA : Pria Jakarta Selatan Mengaku Korban Penculikan dan Penganiayaan oleh Oknum TNI, Meminta Bantuan Lewat Medsos
Hal ini mencerminkan ketegangan dalam politik Indonesia saat ini, terutama dalam konteks persaingan antarpartai menjelang Pilpres 2024.
Lebih lanjut, Andi Arief juga menyinggung tentang posisi tiga partai yang berkoalisi memiliki kedudukan yang sama, serta meminta Anies Baswedan untuk segera mendeklarasikan dirinya sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres).
Namun, yang lebih mengejutkan adalah pengungkapan Partai Demokrat mengenai perjanjian yang telah dilakukan antara Partai Nasdem dan PKB untuk mengusung duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres.
Partai Demokrat menganggap ini sebagai “pengkhianatan” terhadap koalisi yang ada. Meskipun Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem, menyatakan bahwa hal tersebut belum final, ia meminta semua pihak untuk menunggu perkembangan selanjutnya.
Terkait dengan situasi ini, Partai Demokrat akan menggelar rapat Majelis Tinggi Partai untuk mengambil keputusan selanjutnya, mengikuti ketentuan dalam AD/ART Partai Demokrat tahun 2020.
Ketegangan dalam politik Indonesia semakin meningkat seiring dengan mendekatnya Pilpres 2024, dan peristiwa ini menjadi salah satu contoh konkretnya. Semua mata tertuju pada perkembangan selanjutnya dalam arena politik Indonesia yang semakin menarik perhatian.