– Pada masa pemerintahan Amr bin al-Ash bin Wa’il bin Hisyam sebagai gubernur Mesir pada zaman Khulafaur Rasyidin, Sungai Nil memainkan peran kunci dalam kehidupan penduduk Mesir.
Sungai Nil bukan hanya sebagai sumber air utama, tetapi juga sebagai pendukung ekonomi yang mendukung sektor pertanian dan perikanan di wilayah ini.
Sungai Nil adalah bagian integral dari kehidupan penduduk Mesir, dan dalam prosesnya, muncullah tradisi yang unik – memberikan tumbal gadis perawan kepada Sungai Nil.
Tradisi ini sangat dalam akar budaya Mesir, di mana setiap tahun seorang gadis perawan akan dilemparkan ke sungai untuk memastikan aliran air tetap mengalir.
Pada suatu waktu, Amr bin al-Ash, yang menjabat sebagai gubernur Mesir, mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab untuk memberitahukan tentang tradisi ini.
Penduduk Mesir menganggap bahwa Sungai Nil tidak akan mengalir tanpa pelaksanaan tradisi ini. Mereka menyampaikan kepada Amr bin al-Ash bahwa mereka yakin Sungai Nil hanya akan mengalir.
Mereka percaya ini terjadi jika mereka terus menjalankan tumbal gadis perawan.
Amr bin al-Ash bertanya kepada mereka dengan penuh keheranan, “Tradisi apa yang kalian bicarakan?”
Penduduk Mesir menjelaskan, “Setelah berlalunya 12 malam dari bulan tertentu, kami mengambil seorang gadis perawan dari kedua orang tuanya.
Kemudian, kami mempercantik gadis tersebut dengan perhiasan dan pakaian terbaik, lalu melemparkannya ke Sungai Nil. Hanya dengan cara ini, air Sungai Nil akan mengalir kembali.”
BACA JUGA : Apakah Perang Palestina & Israel Berakhir Bisa Picu Kiamat?
Amr bin al-Ash dengan tegas menyatakan, “Perbuatan ini tidak diperbolehkan dalam Islam, dan Islam datang untuk meruntuhkan ajaran-ajaran sebelumnya.”
Namun, penduduk Mesir tetap yakin bahwa tradisi mereka adalah satu-satunya cara untuk membuat Sungai Nil mengalir.
Mereka bersedia menunggu beberapa bulan, tetapi ternyata air Sungai Nil tetap tidak mengalir, baik sedikit maupun banyak. Akhirnya, mereka mulai mempertimbangkan untuk pindah ke tempat lain.
Khalifah Umar bin Khattab kemudian merespons surat dari gubernur Mesir, Amr bin al-Ash, dengan solusi yang mengubah segalanya.
Umar bin Khattab menginstruksikan Amr bin al-Ash untuk melemparkan secarik kertas ke Sungai Nil bersama surat tersebut. Kertas tersebut berisi pesan penting:
“Dari hamba Allah, Amirul Mukminin Umar kepada Nil dan penduduk Mesir. Amma ba‘du.”
Pesan tersebut menyampaikan pesan yang jelas. Jika Sungai Nil mengalir atas keinginan dan kuasa-Nya sendiri, tidak ada yang perlu mereka lakukan.
Namun, jika Allah, Yang Mahaesa dan Mahamengalahkan, yang membuat air sungai mengalir. Mereka memohon kepada-Nya agar memastikan Sungai Nil tetap mengalir.
Amr bin al-Ash mengikuti instruksi Khalifah Umar dan melemparkan kertas tersebut ke Sungai Nil. Keajaiban terjadi. Keesokan harinya, Allah SWT mengalirkan Sungai Nil dengan ketinggian air mencapai enam belas hasta dalam satu malam. Dengan begitu, Allah SWT menghilangkan tradisi buruk penduduk Mesir.
Kisah surat Umar bin Khattab kepada Sungai Nil menjadi bukti kuat bagaimana Islam datang untuk menggantikan tradisi-tradisi yang bertentangan dengan ajarannya dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang keagamaan dan moral.
Tradisi tumbal gadis perawan untuk Sungai Nil, yang pernah mengikat budaya Mesir, berhasil diakhiri berkat tindakan bijak Khalifah Umar bin Khattab.