Palestina, sebuah wilayah di Laut Tengah yang mencakup sebagian dari wilayah Israel dan wilayah Palestina di Jalur Gaza serta Tepi Barat, telah menjadi pusat perhatian selama berabad-abad. Meskipun namanya telah lama dikenal secara tradisional, batas-batas wilayah Palestina tidak selalu jelas, dengan persepsi mengenai batas timur yang sering kali bervariasi.
Dalam pemahaman kontemporer, Palestina umumnya didefinisikan dengan batas bagian timurnya di Sungai Yordan, berbatasan dengan Lebanon di utara, Laut Mediterania di barat (termasuk pantai Gaza), dan Negev di selatan, meluas hingga Teluk Aqaba. Wilayah ini, yang juga dikenal sebagai Tanah Suci, dianggap suci oleh agama Yahudi, Kristen, dan Islam.
BACA JUGA : Inilah Bagaimana Deklarasi Balfour Membentuk Negara Israel dan Mengubah Nasib Bangsa Palestina!
Sejarah Palestina dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, di mana wilayah ini disebut sebagai “Tanah Kanaan” dalam kitab-kitab kuno seperti Taurat dan Perjanjian Lama. Bangsa Filistin, yang tinggal di kota-kota seperti Asdod, Ashkelon, Ekron, Gath, dan Gaza, dikenal sebagai musuh Israel dalam catatan-catatan tersebut.
Bangsa Filistin, yang diyakini memiliki latar belakang Aegea dan kemudian bercampur dengan penduduk Kanaan, kemudian dikenal sebagai Peleset atau orang Filistin. Pada abad ke-12 SM, mereka tercatat dalam catatan sejarah Mesir sebagai salah satu dari “Bangsa Pelaut,” dengan kebudayaan maju dan jaringan perdagangan yang luas.
Namun, pada akhir Zaman Besi, bangsa Filistin kehilangan otonomi, terutama setelah invasi oleh Nebukadnezar II pada tahun 604 SM. Mereka menghilang dari catatan sejarah setelah itu, dan nama Filistia tidak lagi digunakan.
BACA JUGA : Gurun Sahara Ternyata Berubah Jadi Daratan Hijau Setiap 21.000 Tahun!
Namun, pada abad ke-2 Masehi, setelah wilayah tersebut dikuasai oleh Romawi, nama Palestina dihidupkan lagi oleh Kaisar Hadrianus. Ia mengganti nama Yudea dengan Syria Palaestina pada tahun 135 M, sebagai bagian dari upaya untuk menghapus identitas Yahudi dari wilayah tersebut. Penggunaan nama Palestina pada saat itu dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap bangsa Yahudi.
Selama berabad-abad berikutnya, wilayah ini melalui berbagai penguasa, termasuk Bizantium, Kekhalifahan Arab, dan Kesultanan Utsmaniyah, yang menggunakan nama “Filistin” dalam bahasa Arab. Pada abad ke-20, Mandat Britania atas Palestina memperkenalkan nama Palestina secara resmi dalam konteks administratif dan politik.
BACA JUGA : Sejarah Terbentuknya Hamas: Perjalanan Panjang Menuju Kemerdekaan Palestina
Namun, konflik antara komunitas Yahudi dan Arab meningkat selama periode ini, mencapai puncaknya pada tahun 1948 ketika Negara Israel diproklamasikan. Ini memicu perang dengan negara-negara Arab tetangga dan mengubah peta geopolitik serta demografi wilayah tersebut secara dramatis.
Sejak saat itu, nama Palestina telah terus terkait dengan konflik yang berkepanjangan dan aspirasi untuk mendirikan sebuah negara Palestina merdeka yang diakui secara internasional. Meskipun banyak perubahan sejarah dan politik, harapan dan tantangan terkait dengan Palestina tetap menjadi fokus perhatian dunia.
Sebagai wilayah yang kaya sejarah dan memiliki nilai religius yang tinggi bagi tiga agama besar, Palestina tetap menjadi titik fokus dalam upaya perdamaian global. Konflik yang terus berlanjut dan perubahan dinamika geopolitik terus membentuk narasi kompleks dan serba cepat di wilayah ini.
Sumber: Kompas