Berita

Ini Pengakuan dari Salah Satu Senior yang Menganiaya Santri Ponpes di Kediri!

Suyanti, dalam kesedihan yang mendalam, menuturkan bahwa AF menyatakan bahwa Bintang harus dipukul karena dianggap sulit diatur, terutama dalam hal menjalankan ibadah seperti salat dan ngaji.

Nongki Ngopi – Duka mendalam menyelimuti keluarga (14), seorang santri Pondok Pesantren Al-Ishlahiyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, yang meninggal dunia dalam keadaan yang mengenaskan. Dugaan penganiayaan oleh salah seorang seniornya, yang diungkapkan oleh salah satu tersangka, telah menambah kesedihan yang mendalam bagi keluarga korban.

Sebagaimana diungkapkan oleh Suyanti, ibu dari Bintang, salah satu tersangka yang dikenal dengan inisial AF (16), mengaku bahwa penganiayaan terhadap Bintang dilakukan karena dinilai “susah diatur”.

Pengakuan tragis ini terungkap saat AF dicecar oleh warga ketika ikut mengantarkan jenazah Bintang ke rumahnya di Banyuwangi. Suyanti, dalam kesedihan yang mendalam, menuturkan bahwa AF menyatakan bahwa Bintang harus dipukul karena dianggap sulit diatur, terutama dalam hal menjalankan ibadah seperti salat dan ngaji.

“Mohon ini diusut tuntas, saya tidak punya kekuatan apa-apa selain ini. Saya mohon usut tuntas, jangan sampai kejadian seperti ini terjadi lagi,” ujar Suyanti dengan suara gemetar, sambil menangis.

Dalam pernyataannya, Suyanti juga mengecam keras perbuatan pelaku, menyatakan bahwa kesalahan kecil yang mungkin dilakukan oleh anaknya tidak sepadan dengan akibat yang begitu tragis. “Sebesar apa salah anak saya, kenapa kok dianiaya begitu sampai luka-luka di sekujur tubuhnya. Kok setega itu melakukannya,” tambahnya.

BACA JUGA : Fakta-Fakta Penyebab Santri di Kediri yang Tewas Dianiaya! Pesan Terakhirnya Minta Dijemput Pulang

Meski telah mengikhlaskan kepergian anak bungsunya, Suyanti tetap menuntut keadilan. Ia berharap agar penegak hukum tidak ragu untuk bertindak tegas dan mengungkap semua fakta dengan jelas.

Namun, keheranan datang saat Suyanti menanyakan mengapa tidak ada reaksi dari pihak pondok pesantren, bahkan saat peristiwa penganiayaan terjadi. “Herannya, saat anak saya dibanting dipukul itu ada 15 santri katanya. Kok diam saja, kok gak lapor ke Pondok,” ungkapnya tanpa jawaban.

Sementara itu, pihak pondok pesantren masih belum memberikan tanggapan atau belasungkawa atas kejadian ini, yang semakin memperdalam rasa kekecewaan keluarga korban.

Dengan penuh harapan dan penantian, keluarga Bintang Balqis Maulana menunggu agar keadilan ditegakkan dan kejadian serupa tidak lagi menimpa santri-santri lainnya. Semoga tragedi ini menjadi momentum bagi penegak hukum dan pihak terkait untuk melakukan langkah-langkah konkret guna mencegah terulangnya kejadian serupa di masa depan.

BACA JUGA :

Sumber : detik

Related Posts

1 of 63