Nongki Ngopi – Sebuah teka-teki mengerikan di balik kasus bunuh diri satu keluarga, yang melompat dari lantai 22 apartemen di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, perlahan mulai terungkap. , Kombes Gidion Arif Setyawan, mengungkapkan bahwa keluarga yang terlibat dalam tragedi ini ternyata sangat tertutup, bahkan dari lingkungan keluarga dan sosial mereka sendiri.
Dalam proses penyelidikan, polisi telah memeriksa 12 saksi termasuk anggota keluarga dan teman-teman dekat. Mereka menemukan bahwa keluarga ini, yang terdiri dari ayah bernama EA (50), ibu dengan inisial AIL, serta dua anak remaja laki-laki dengan inisial JWA (13) dan seorang remaja perempuan dengan inisial JL, telah hidup dalam isolasi sosial selama dua tahun terakhir.
“Pada dasarnya, ada ketertutupan atau bisa dikatakan kecenderungan introvert antara keluarga yang terdiri dari empat orang ini dengan lingkungan sosial mereka. Namun, informasi yang kami dapatkan bersifat subjektif,” ungkap Kombes Gidion kepada wartawan.
Polisi menemukan bahwa keluarga tersebut sempat pindah ke Solo, Jawa Tengah, sebelum akhirnya menemui ajal di apartemen tersebut. Selain itu, dua anak mereka juga telah berhenti sekolah selama satu tahun terakhir.
BACA JUGA : Prajurit TNI Satgas BIN Dijebak dan Ditembak oleh KKB di Puncak Jaya, Papua
“Kedua anak itu tidak hanya berhenti sekolah, tetapi juga tidak terdaftar di sekolah manapun selama setahun terakhir,” tambahnya.
Sebelumnya, kejadian mengerikan ini terjadi pada Sabtu sore tanggal 9 Maret 2024. Kombes Gidion membenarkan bahwa empat korban yang tewas terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan, yang ditemukan tewas setelah melompat dari lantai 22 apartemen Teluk Intan di Penjaringan.
“Empat mayat tersebut ditemukan meninggal dunia akibat bunuh diri setelah melompat dari lantai 22 apartemen Teluk Intan. Namun, penyebab pastinya masih belum diketahui,” jelas Kombes Gidion.
Menurut keterangan polisi, kronologi penemuan empat jenazah tersebut dimulai ketika seorang sekuriti apartemen mendengar suara benturan keras. Setelah melakukan pengecekan, ia menemukan keempat jenazah tergeletak di pelataran parkir apartemen dengan posisi terlentang.
“Ketika saksi sedang berjaga di depan lobby apartemen, ia mendengar suara benturan keras. Ketika mengecek, ia menemukan keempat jenazah tersebut tergeletak di pelataran parkir dalam posisi terlentang,” ungkapnya.
Saksi segera melaporkan kejadian ini kepada Polsubsektor Teluk Intan, dan tidak lama kemudian petugas tiba di lokasi. Keempat jenazah tersebut kemudian dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk dilakukan proses autopsi.
Peristiwa ini masih menjadi teka-teki bagi pihak berwenang, dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk memahami motif di balik tragedi ini dan apakah ada faktor lain yang memengaruhi keputusan keluarga untuk mengakhiri hidup mereka dengan cara yang tragis ini.