AS Mengucilkan Indonesia
nongkingopi.com – Indonesia sedang mengambil langkah besar dalam industri hilir, terutama dalam produksi dan daur ulang baterai. Negara ini menargetkan penyelesaian proyek ini pada tahun 2025.
Dalam laporan terbaru, Luhut, seorang mentri Indonesia yang terkemuka, menekankan pentingnya langkah strategis ini.
BACA JUGA : Iran Membangun Dua Reaktor Nuklir Baru: Ancaman Nyata atau Langkah Maju Menuju Energi Berkelanjutan?
Untuk mempertahankan otonomi dan mengurangi ketergantungan pada negara maju, Indonesia sedang aktif dalam upaya mendirikan platform .
Inisiatif ini bertujuan untuk mengumpulkan negara-negara yang terlibat dalam industri kehutanan tropis dan produksi mineral penting.
Dengan demikian, Indonesia bertujuan untuk mendapatkan kembali kendali atas sumber dayanya dan tidak lagi diatur oleh kebijakan negara-negara maju.
BACA JUGA : Anthony Sinisuka Ginting Melaju ke Final Singapore Open 2023 dengan Retired-nya Kunlavut
Indonesia menyadari perlunya mendiversifikasi pasar ekspor dan mengurangi ketergantungannya pada China. Saat ini, sebagian besar ekspor, terutama nikel, ditujukan ke China.
Luhut menekankan pentingnya memperluas ekspor ke wilayah lain, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan stabilitas ekonomi Indonesia, tetapi juga mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar.
BACA JUGA : Insiden Mematikan!! Pria Rusia Dimakan Hiu & Tewas saat Berenang di Laut
Untuk tetap unggul dalam industri ini, Indonesia mengakui kebutuhan pengembangan kemampuan pengolahan domestik dan mendapatkan teknologi tinggi.
Luhut baru-baru ini menyoroti peran penting teknologi, terutama dalam produksi baterai.
Selama kunjungannya ke China, ia mencatat kemajuan negara tersebut dalam teknologi baterai dan transfer pengetahuan yang sedang berlangsung antara kedua negara.
Indonesia berupaya memanfaatkan pengetahuan ini untuk memperkuat kemampuan pengolahan domestiknya.
BACA JUGA : Indonesia’s Got Talent 2023 Hadir Kembali dengan Kejutan dan Bakat Mengagumkan
Meskipun menghadapi tantangan, Indonesia tetap memiliki posisi ekonomi yang kuat di antara negara-negara G20.
Stabilitas ekonomi negara ini diakui dan dipuji dalam forum internasional di Singapura, di mana Presiden menyampaikan pidato kepada 700 peserta.
Mengakui momen positif ini, Luhut mendorong pemerintah dan parlemen untuk bersatu dan menghadapi tantangan secara bersama-sama. Persatuan ini akan memperkuat posisi Indonesia dan memastikan kesuksesannya dalam berbagai upaya ekonomi.
Sebagai kesimpulan, fokus Indonesia pada industri hilir, upaya mendirikan platform South Global Operation, dan komitmen untuk mendiversifikasi ekspor dan mendapatkan teknologi tinggi menunjukkan tekad negara ini untuk mempertahankan otonominya dan memperkuat posisi ekonominya.
Dengan pemerintah dan parlemen yang bersatu, Indonesia siap menghadapi tantangan dan membentuk masa depan ekonominya sesuai keinginannya.