Nongkingopi.com – Dharavi, yang terletak di jantung Mumbai, India, terkenal sebagai kota kumuh terbesar di Asia. Meskipun memiliki reputasi tersebut, pemukiman yang luas ini sangat dihargai oleh penduduknya dan memiliki cerita yang menarik untuk disimak.
Melihat Lebih Dekat Dharavi
Meliputi area seluas 550 hektar, Dharavi merupakan rumah bagi sekitar satu juta penduduk, yang tinggal dalam kondisi yang sempit dan penuh tantangan.
Terletak di Mumbai, kota yang menempati peringkat kesembilan dalam daftar kota dengan populasi terbanyak di dunia, yaitu sekitar 18 juta jiwa, Dharavi menjadi sebuah kota dalam kota.
BACA JUGA : Keajaiban Kota Derinkuyu: Kota Bawah Tanah Canggih dengan Usia Ribuan Tahun
Meskipun lingkungan Dharavi jauh dari ideal, pentingnya bagiannya tidak dapat disangkal. Di kota di mana biaya sewa rumah termasuk yang tertinggi di dunia, Dharavi menyediakan pilihan perumahan yang terjangkau bagi mereka yang mencari kehidupan yang lebih baik.
Meskipun berdesakan, komunitas ini merasa puas dengan gubuk-gubuk sederhana berukuran 9 meter persegi yang dihuni oleh delapan hingga sepuluh orang.
Tantangan Sanitasi
Dengan populasi yang padat, Dharavi menghadapi tantangan besar dalam menyediakan fasilitas sanitasi dasar. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, hanya ada satu toilet untuk setiap 1.500 penduduk.
Toilet umum yang tersedia di kawasan ini bervariasi antara yang gratis, berbayar, dan dikelola oleh masyarakat. Namun, sayangnya, toilet gratis seringkali tidak memiliki pasokan air.
Meskipun menghadapi halangan-halangan ini, komunitas ini tetap tegar dan bertekad untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
Ketangguhan Ekonomi
Dharavi, meskipun dikenal sebagai kawasan kumuh dengan tingkat pendidikan rendah, merupakan pusat ekonomi yang berkembang pesat.
Terdapat sekitar 4.900 unit produksi di Dharavi, mulai dari pabrik tekstil, kerajinan tembikar, restoran, hingga industri daur ulang.
Unit-manufaktur skala kecil yang tersebar di seluruh kawasan kumuh ini menghasilkan berbagai produk yang dijual di pasar domestik maupun internasional.
BACA JUGA : Makhunik: Desa Kurcaci Kuno yang Mempesona Dunia
Selain itu, Dharavi juga berperan penting dalam mengelola limbah plastik Mumbai, dengan daur ulang sekitar 80% limbah plastik kota dan memberikan kontribusi sekitar 1 miliar dolar setiap tahunnya untuk ekonomi lokal.
Dharavi telah menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin menantang pandangan umum tentang kemiskinan dan penderitaan.
Beberapa perusahaan tur menawarkan kunjungan yang dipandu oleh penduduk setempat, yang menunjukkan ketangguhan dan prestasi komunitas tersebut.
Tur ini bertujuan untuk mengubah narasi dan menyoroti kemampuan penduduk setempat untuk mengejar impian mereka meskipun dalam situasi yang sulit.
Perspektif Sejarah
Pada abad ke-18, Dharavi adalah sebuah pulau yang didominasi oleh bakau dan dihuni oleh nelayan Koli, sehingga dikenal dengan sebutan “Desa Koliwada”.
Ketika Mumbai mengalami perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat pada akhir abad ke-19, populasi Dharavi melonjak, mencapai lebih dari satu juta penduduk.
Rumah-rumah dan pabrik skala kecil tumbuh tanpa adanya penyediaan sanitasi, pasokan air, jalan, atau layanan dasar lainnya.
BACA JUGA : Islas Uros: Keajaiban Pulau Terapung Dibangun dengan Jerami
Namun, berbagai komunitas etnis, kasta, dan agama yang menetap di Dharavi berperan penting dalam membangun pemukiman ini, dengan mendirikan sekolah, kuil, masjid, rumah, dan pabrik.
Masjid pertama di Dharavi didirikan pada tahun 1887, dan diikuti oleh kuil pertama pada tahun 1913.
Kontroversi Pembangunan Kembali
Sejak tahun 1997, telah ada banyak rencana untuk membangun kembali Dharavi, seperti yang dilakukan di daerah kumuh Hong Kong.
Biaya perkiraan untuk proyek pembangunan kembali ini berkisar antara 630 juta hingga 1,9 miliar dolar pada tahun 2010. Rencana pembangunan: perumahan, sekolah, taman, dan jalan, untuk 57.000 keluarga di Dharavi.
Selain itu, ruang perubahan dan komersial seluas 3,7 juta meter persegi juga direncanakan untuk dijual. Namun, rencana pembangunan kembali ini menghadapi oposisi dan kontroversi yang signifikan.
BACA JUGA : Makoko: Kota Terapung Paling Kumuh yang Dijuluki Venesianya Afrika
Para kritikus berpendapat bahwa pembangunan kembali ini akan mengakibatkan pengusiran penduduk dan merusak industri yang menyuplai berbagai produk ke kota dan bahkan ke luar kota.
Mereka yang menentang pembangunan kembali ini meyakini bahwa rencana tersebut tidak menawarkan solusi yang memadai untuk tantangan yang dihadapi oleh penduduk Dharavi, dan justru dapat memperburuk kesulitan mereka.