– Sebuah kontroversi muncul di media sosial ketika seorang turis Amerika Serikat mengkritik seorang wanita Asia Tenggara yang terlihat sedang menikmati hidangan nasi dengan tangan di sebuah bandara. Dalam unggahan di media sosialnya, turis tersebut mengecam aktivitas yang dianggapnya tidak lumrah dan jarang dilakukan oleh orang Amerika.
“Duduk di sebelahku dan makan pakai tangannya? di bandara yang kotor,” tulis turis Amerika tersebut dalam keterangan unggahan media sosialnya. Dia menambahkan bahwa cara makan menggunakan tangan dianggap menjijikkan oleh sebagian orang, terutama karena makanan langsung bersentuhan dengan tangan dan dapat meninggalkan air liur di sela-sela jari.
Turis tersebut menyoroti bahwa aktivitas semacam itu dilakukan di ruang publik, dan memberikan pesan agar hal tersebut seharusnya dilakukan di tempat yang semestinya, seperti di rumah. Dalam unggahannya, dia mengkritik penggunaan tangan untuk makan di luar, merasa khawatir bahwa tangan mungkin tidak dalam keadaan bersih.
BACA JUGA : Viral Penampakan Hantu Kuyang di Cileungsi
“Kami semua berterima kasih karena Anda telah meninggalkan air liur Anda di bandara & ruang publik kami. Meningkatkan kemungkinan kita harus kembali menerapkan mandat masker. Biarkan tangan Anda menghisap di rumah. Bagikan semangkuk nasi Anda di rumah dengan keluarga dan anjing anda,” tulisnya.
Turis Amerika ini juga mempertanyakan kebersihan tangan ketika makan di luar, menyebut bahwa tangan akan menyentuh meja dan kursi saat bangun. Dia mengajak semua orang untuk bekerja sama dalam meminimalkan risiko kesehatan.
BACA JUGA : Serangan Iran ke Pakistan Menewaskan Dua Bocah, Islamabad Mengancam Akan Ada Konsekuensi Serius!
Reaksi dari netizen pun bermacam-macam, dengan sebagian mendukung pandangan turis Amerika, sementara yang lainnya menekankan pentingnya menghargai perbedaan budaya dan mengingatkan bahwa aktivitas tersebut mungkin merupakan bagian dari budaya makan di negara asal wanita tersebut. Kontroversi ini mencerminkan tantangan dalam memahami dan menghormati perbedaan budaya, terutama di era globalisasi yang semakin menghubungkan berbagai lapisan masyarakat dari berbagai belahan dunia.