Nongki Ngopi – Sebuah video viral yang menunjukkan Monumen Nasional (Monas) diangkat ke Ibu Kota Negara (IKN) telah menghebohkan warganet di dunia maya.
Video yang diunggah oleh akun memperlihatkan Monas yang ikonik tersebut “menghilang” dari tempatnya yang semestinya.
Dalam video tersebut, Monas terlihat diangkat menggunakan helikopter, menyebabkan sejumlah warganet terkejut dan bahkan memberikan beragam komentar.
Diketahui, video tersebut telah ditonton oleh kurang lebih 500 ribu orang dan mendapat respons dari sekitar 277 warganet yang memberikan komentar.
Salah satu komentar yang menonjol adalah penghargaan terhadap kinerja Pj Gubernur Heru Budi Hartono. “Pagi pagi liat kabar monas pindah wkwk,” tulis akun @txtdrjkt.
BACA JUGA : Mendikbud Nadiem Makarim Cabut Status Pramuka sebagai Ekskul Wajib
Namun, tidak semua warganet terpancing oleh video tersebut. Beberapa di antaranya bahkan merespons dengan nada skeptis. “@akrticle menuliskan, ‘Keren juga tuh gebrakan Heru Budi,’ namun menyarankan agar informasi tersebut tidak disebarkan terlalu luas, terutama di grup WhatsApp bapak-bapak tua. “@gamapila menambahkan, ‘Tapi gen z yang nonton di TikTok jangan ikutan percaya juga.'”
Menariknya, banyak warganet yang mulai berimajinasi tentang kemungkinan Monas benar-benar dipindahkan ke IKN. Namun, kejadian tersebut sebenarnya adalah bagian dari tradisi April Mop yang jatuh setiap tanggal 1 April.
Tradisi ini seringkali dijadikan kesempatan untuk membuat lelucon atau prank kepada orang lain.
Monas, yang memiliki ketinggian 132 meter dan berat mencapai ribuan ton, merupakan salah satu landmark utama Jakarta. Meskipun video tersebut hanya merupakan lelucon April Mop, respons dari warganet menunjukkan betapa mudahnya informasi palsu menyebar di era media sosial.
Dengan demikian, video Monas “pindah” ke IKN dapat dianggap sebagai salah satu lelucon April Mop yang sukses memancing reaksi dari masyarakat.
Namun, sebagai pengingat, penting bagi setiap individu untuk selalu memverifikasi kebenaran informasi sebelum mempercayainya, terutama di era di mana hoaks dan informasi palsu dapat dengan mudah menyebar melalui platform daring.