NongkiNgopi.com – Viral fenomena menyerupai “awan kinton” di area tambang PT Adaro Indonesia, Murung Raya, Kalimantan Tengah, menarik perhatian publik.
Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut Palangka Raya atau BMKG Kalteng memberikan penjelasan ilmiah terkait fenomena ini.
Baca Juga: Heboh Video Hilangnya MH370 dari Satelit Spionase AS, Pengamat Sebut Hoaks
Istilah ‘Awan Kinton’ dan Penjelasan BMKG
Kepala BMKG Kalteng, Agung Sudiono Abadi, menjelaskan bahwa istilah “awan kinton” terkenal dari cerita fiksi kartun Dragon Ball. Dalam kartun tersebut, awan dapat turun ke daratan atau permukaan.
Namun, secara ilmiah, awan tidak mungkin jatuh ke tanah menyerupai busa atau permen kapas.
“Awan terbentuk dari uap air yang hangat dan naik ke atas. Jika turun, uap air ini akan berubah menjadi butiran hujan atau dalam kondisi ekstrem menjadi butiran es, salju, atau kabut,” ungkapnya, Sabtu (16/11/2024).
Agung juga menambahkan bahwa partikel dalam awan memiliki gaya apung karena kepadatannya lebih rendah dibandingkan udara sekitarnya.
Gaya angkat yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dan konveksi atmosfer membuat awan tetap mengapung di udara.
Baca Juga: Fenomena La Nina Mengancam, BMKG Imbau Waspada Potensi Bencana di Indonesia
Fenomena ‘Awan Kinton’ di Area PT Adaro Indonesia
Fenomena viral ini terjadi pada Kamis, 14 November 2024, di kawasan tambang Adaro MetCoal (AMC) Muara Tuhup, Murung Raya. Corporate Communication PT Adaro Energi Indonesia, Febriati Nadira, mengonfirmasi kejadian tersebut.
Dalam video berdurasi sekitar 57 detik, terlihat gumpalan putih menyerupai busa sabun dengan diameter sekitar satu meter jatuh perlahan ke tanah.
Beberapa pekerja tambang yang mengenakan seragam Adaro dan helm tampak berlari mendekati objek tersebut, bahkan mencoba menyentuh dan memeluknya.
Video itu diiringi tawa dan canda, dengan beberapa menyebutnya sebagai “awan kinton” layaknya dalam Dragon Ball.
“Embun ini seperti busa sabun, tapi masih bisa dipegang,” jelas Febriati Nadira mengenai karakteristik objek tersebut.
Baca Juga: Gempar! Penemuan Mayat Mengapung di Danau Situ Gintung
Penjelasan Ilmiah BMKG
BMKG menegaskan bahwa meski awan secara ilmiah tidak bisa jatuh dalam bentuk gumpalan, fenomena seperti ini bisa saja terjadi akibat kabut tebal yang melayang rendah atau embun yang terkondensasi dalam kondisi tertentu.
Kejadian ini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu rendah atau kelembapan tinggi di area tersebut.