Wanita ke Pria
– Operasi penggantian kelamin dari perempuan ke laki-laki merupakan prosedur yang melibatkan sejumlah tindakan medis.
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prosedur tersebut dilakukan dan menginformasikan mengenai efek-efek yang mungkin terjadi.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi berbagai langkah dan efek dari operasi penggantian kelamin perempuan ke laki-laki.
Tindakan Medis dalam Penggantian Kelamin
Tindakan medis yang terlibat dalam operasi penggantian kelamin perempuan ke laki-laki meliputi terapi hormon, pengangkatan payudara, dan penggantian alat kelamin.
Terapi hormon testosteron diberikan untuk menghilangkan karakteristik feminin dan mengembangkan fitur maskulin pada pria Trans.
Selain itu, beberapa pria Trans memilih untuk melakukan operasi tambahan, meskipun tidak semua jenis operasi dilakukan oleh setiap individu.
Efek Terapi Hormon Testosteron
Terapi hormon testosteron memiliki beberapa efek yang signifikan. Efek yang dapat terjadi termasuk pertumbuhan rambut yang lebih banyak di wajah dan tubuh, peningkatan massa otot, perubahan suara menjadi lebih berat, peningkatan klitoris, dan berhentinya siklus menstruasi. Namun, efek negatif juga dapat timbul dari terapi hormon ini.
BACA JUGA : Dampak Negatif TikTok terhadap Mental dan Nalar Pengguna
Efek Negatif dari Terapi Hormon Testosteron
Terapi hormon testosteron dapat menyebabkan efek negatif pada beberapa individu. Jerawat sering muncul di wajah, dada, dan punggung karena peningkatan produksi sebum akibat tingginya kadar testosteron.
Selain itu, pada beberapa pria Trans yang memiliki faktor resiko genetik kebotakan, terapi hormon dapat mempercepat kebotakan.
Terapi hormon testosteron jangka panjang juga dapat menurunkan kadar kolesterol baik, meningkatkan kadar trigliserida (bentuk sederhana dari lemak), meningkatkan tekanan darah, serta meningkatkan risiko diabetes dan sindrom metabolik.
Operasi Penggantian Kelamin yang Dilakukan
Prosedur bedah yang pertama dan terkadang satu-satunya yang dilakukan oleh pria Trans adalah mastektomi, yaitu pengangkatan jaringan payudara setelah kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya diangkat.
Pria Trans juga dapat memilih untuk melakukan operasi pengangkatan terakhir (histerektomi) atau ooforektomi (pengangkatan indung telur dan Tuba Fallopi) untuk pembentukan penis atau neovalus.
Metode Pembentukan Penis
Dalam pembentukan penis pada pria Trans, terdapat dua metode umum yang digunakan: metoidioplasti dan falloplasti.
Pada metoidioplasti, pengembangan klitoris yang membesar setelah terapi testosteron digunakan untuk membentuk neovalus dengan ukuran yang relatif kecil.
Pada metode falloplasti, ahli bedah mengambil flap atau lembaran kulit dan jaringan dari area tubuh seperti lengan bawah dan paha depan untuk membentuk penis dan saluran kencing.
Kedua jenis operasi ini melibatkan perubahan jalur peredaran darah di sekitar neovalus serta modifikasi pada vagina dan otot di sekitarnya untuk membentuk struktur buah zakar.
Efek Samping dan Komplikasi
Prosedur operasi penggantian kelamin tidak bebas dari risiko. Efek samping yang dapat timbul termasuk gangguan kencing akibat penyempitan saluran kencing, sumbatan darah atau berkurangnya aliran darah pada neovalus, terbentuknya saluran atau fistula tambahan yang dapat terinfeksi, dan kesulitan ereksi atau sensasi yang kurang pada neovalus.
Beberapa pria Trans mungkin memerlukan implan ereksi sebagai tambahan, tetapi ini bisa menimbulkan rasa sakit saat berhubungan seksual.
Selain itu, terkadang implan ereksi dapat keluar dari neovalus. Prosedur bedah juga dapat meninggalkan bekas luka pada area donor flap yang tidak estetis.
Pengambilan flap dari lengan bawah juga dapat menyebabkan nyeri pada tangan, yang disebut anatomic stafflox, atau rasa sakit pada lutut jika daerah paha bagian depan digunakan untuk pengambilan kulit.
Wanita ke Pria