Disney Pixar
– Studio film animasi Pixar, yang dulu terkenal dengan kemampuannya menyentuh hati penonton dan meraih kesuksesan finansial, saat ini mengalami perubahan yang dapat dirasakan.
Salah satu buktinya adalah film terbaru mereka, Elemental, yang mengalami pembukaan box office terendah kedua dalam sejarah studio tersebut.
Meskipun mendapatkan ulasan positif dari kritikus dan antusiasme penggemar, Elemental hanya berhasil mengumpulkan lebih dari US$29,6 juta pada akhir pekan pertamanya, berada di posisi kedua terbawah setelah Toy Story (1995) yang memiliki angka pembukaan sebesar US$29,1 juta.
BACA JUGA : Adegan Ledakan Nuklir di Film Oppenheimer dibuat Tanpa Menggunakan CGI
Namun, apakah angka pembukaan box office benar-benar menjadi indikator keberhasilan sebuah film? Beberapa film Pixar sebelumnya, seperti Ratatouille (2007) dan Coco (2017), memiliki angka pembukaan yang tidak terlalu mengesankan, tetapi berhasil mencetak keuntungan yang besar.
Sebagai contoh, film Onward (2020) dan Lightyear (2022) juga memiliki angka pembukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan Toy Story 4 (2019), namun bukan berarti film-film tersebut tidak sukses secara finansial.
Perubahan dalam Plot dan Fokus Cerita
Selain faktor pandemi, terdapat perubahan lain yang dirasakan dalam film-film terbaru Pixar, yaitu perubahan dalam plot dan fokus cerita.
Dulu, film-film Pixar mudah disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa karena menyajikan keajaiban dan emosi yang mendalam.
Namun, beberapa judul terbaru Pixar mulai menjauh dari premis hubungan antar anggota keluarga, persahabatan, dan pendewasaan diri seperti era sebelumnya.
BACA JUGA : Rekomendasi Drama Korea Terbaik yang Wajib di Tonton
Sebagai contoh, Elemental merupakan sebuah kisah komedi romantis yang mungkin tidak dapat secara emosional terhubung dengan penonton seperti film-film sebelumnya.
Film-film singular seperti ini juga cenderung sulit dalam promosi jika dibandingkan dengan film-film dalam saga seperti Toy Story atau Monster Inc.
Kontroversi dan Pembatasan Tayangan
Selain itu, beberapa film Pixar juga mengalami kontroversi dan pembatasan tayangan di beberapa negara. Upaya Disney untuk menjadi inklusif dan mencerminkan keberagaman, termasuk mewakili komunitas LGBTQ+. Hal ini, menuai penolakan di beberapa negara, termasuk beberapa yang merupakan pasar utama bagi Disney.
Beberapa negara meminta agar adegan LGBTQ+ dihilangkan dengan berbagai alasan, namun Disney menolak permintaan tersebut. Hal ini mengakibatkan beberapa film Pixar tidak dapat tayang di negara-negara tersebut atau mengalami perubahan pada narasi mereka.
Hal ini membuat beberapa pengamat industri mengkritik Pixar dan menyebutnya sebagai “merek yang lemah”. Pengaruh dari kontroversi dan pembatasan tayangan ini dapat mempengaruhi daya tarik dan kesuksesan finansial film-film Pixar di pasar internasional.
Disney Pixar