nongkingopi.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia telah mengeluarkan peringatan kepada masyarakat terkait potensi terjadinya fenomena El Nino yang dapat menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah.
Kepala BMKG, , menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap dampak yang mungkin timbul akibat El Nino, termasuk peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang dapat mengancam keberlanjutan lingkungan.
Dampak El Nino: Kekeringan dan Kondisi Kerawanan Karhutla
El Nino, fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di , dapat berdampak signifikan terhadap iklim Indonesia.
BACA JUGA : Mengkhawatirkan!! BMKG Prediksi Kenaikan Suhu Global 3,5 Derajat Celsius
Pemanasan SML menggeser potensi awan, berdampak pada curah hujan rendah dan memicu kekeringan.
Selain itu, El Nino juga meningkatkan jumlah titik api, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang merugikan banyak pihak.
Langkah Strategis Pemerintah dalam Mengantisipasi Dampak El Nino
Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi dampak lanjutan El Nino.
Sektor pertanian, terutama tanaman pangan semusim yang sangat bergantung pada air, menjadi salah satu sektor yang paling rentan terdampak.
Optimalisasi infrastruktur air menyimpan air hujan dan memanfaatkannya saat musim kemarau.
Selain itu, pencegahan dan penanggulangan Karhutla juga perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi peningkatan potensi kebakaran hutan dan lahan. Peningkatan pemahaman masyarakat mengurangi dampak El Nino pada hutan dan lahan.
Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla untuk Menghindari Dampak Luas
Meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi langkah penting dalam menghadapi potensi El Nino.
Pencegahan Karhutla perlu ditekankan lebih dari pemadaman, karena langkah ini lebih efektif dalam menghindari dampak yang luas.
Pemerintah dan instansi perlu galakkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan hutan dan lahan serta potensi ekonomi lokal.
Puncak Musim Kemarau dan Prediksi Curah Hujan
Menurut BMKG, puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September 2023.
Pada periode tersebut, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan akan mengalami curah hujan bawah normal atau lebih kering dari rata-ratanya.
BACA JUGA : Tips dan Trik untuk Tes Online Rekrutmen BUMN Tahun 2023
Selain itu, beberapa wilayah lain yang diperkirakan mengalami curah hujan bawah normal antara lain Aceh, Jambi, Bengkulu,Sumatera Selatan dan Sebagainya.
Puncak Musim Kemarau dan Prediksi Curah Hujan Bulanan
Untuk bulan Juni 2023, BMKG memprediksi bahwa sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami curah hujan bawah normal.
Dalam periode tersebut, wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan bawah normal meliputi sebagian Aceh, Jambi, dan berbagai daerah lainnya.
Puncak Musim Kemarau dan Prediksi Curah Hujan Bulanan pada JAS 2023
Curah hujan rendah diprediksi pada bulan Juli, Agustus, dan September (JAS) 2023 di wilayah lebih luas selama periode puncak musim kemarau.
Wilayah-wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan bawah normal meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Bali, NTB, sebagian NTT, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Sulawesi Utara, Maluku Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, dan sebagian Papua.
Curah hujan sangat rendah (<20 mm/bulan) diperkirakan terjadi di beberapa daerah termasuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, NTB, dan NTT.
BACA JUGA : Penyanyi Dangdut Difarina Indra Selamat dari Kecelakaan di Tol Jombang
Dengan mempertimbangkan prediksi BMKG mengenai El Nino, kondisi Musim Kemarau, dan curah hujan bawah normal, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat guna mengurangi dampak dari kekeringan, Karhutla, dan ketidakcukupan air.