Stunting di Indonesia
nongkingopi.com – Stunting adalah masalah yang masih menjadi permasalahan klasik bagi keluarga di Indonesia saat ini.
Dilansir dari laman resmi , stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai dalam jangka waktu yang cukup lama.
Akibatnya, pertumbuhan anak terganggu, sehingga tinggi badan mereka lebih rendah atau pendek dibandingkan dengan standar usianya.
Peran Faktor Genetik dalam Stunting di Indonesia
Meskipun kondisi tubuh anak yang pendek sering kali dikaitkan dengan faktor genetik yang diwariskan dari kedua orang tuanya, genetika sebenarnya memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa stunting sebenarnya bisa dicegah.
Masalah Non Kesehatan sebagai Akar Permasalahan Stunting di Indonesia
Masalah-masalah non kesehatan seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta degradasi lingkungan sering kali menjadi akar dari masalah stunting.
Oleh karena itu, penanganan stunting membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.
BACA JUGA : Berita Bahagia: Song Joong Ki Resmi Menjadi Ayah!
Strategi Pencegahan Stunting
1. Pola Makan yang Seimbang
Pola makan yang buruk, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, dan kurangnya keragaman dalam pola makan berkontribusi pada masalah stunting.
Untuk mencegah stunting, penting untuk memperkenalkan dan membiasakan istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak dalam masa pertumbuhan perlu mengonsumsi sumber protein yang cukup, disertai dengan konsumsi buah dan sayur.
Proporsi makanan harus seimbang, dengan setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein, lebih banyak daripada karbohidrat.
2. Pola Asuh yang Baik
Stunting juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik dalam hal pemberian makan kepada bayi dan balita. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sangat penting, karena mereka adalah cikal bakal keluarga.
Para calon ibu perlu memahami pentingnya memenuhi kebutuhan gizi saat hamil, memberikan stimulasi pada janin, serta melakukan pemeriksaan kandungan secara teratur selama kehamilan.
Selain itu, persalinan di fasilitas kesehatan, inisiasi menyusu dini (IMD), dan pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi sangat penting.
BACA JUGA : Bagaimana Variasi Genetik Mempengaruhi Risiko Penyakit dan Perkembangan Terapi Baru
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan hingga usia 6 bulan, setelah itu ASI dapat dilanjutkan hingga usia 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping
ASI. Penting juga untuk memantau tumbuh kembang anak dengan membawa mereka ke Posyandu setiap bulan. Imunisasi juga perlu diperhatikan sebagai cara untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit berbahaya.
3. Sanitasi dan Akses Air Bersih
Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk sanitasi dan air bersih, meningkatkan risiko penyakit infeksi pada anak.
Oleh karena itu, penting untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menghindari buang air besar sembarangan.
Pemahaman yang baik tentang pentingnya sanitasi dan akses air bersih dapat membantu meningkatkan pola asuh dan status gizi anak.
BACA JUGA : Bahaya Hubungan Incest (Hubungan Sedarah): Memahami Risiko dan Konsekuensinya
Peran Edukasi dalam Mencegah Stunting
Perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kesehatan dan gizi ibu dan anaknya membutuhkan edukasi yang efektif.
Edukasi harus melibatkan semua anggota keluarga, masyarakat, dan sektor terkait. Penting untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya makanan bergizi, pelayanan kesehatan yang memadai, dan kebersihan lingkungan.
Dengan pendekatan yang komprehensif, permasalahan stunting dapat diatasi secara efektif.